Wahai Syaikh, kita mulai dengan pertanyaan yang telah sampai kepada kami di sini. Dalam pertanyaan ini, ada keterkaitan antara sikap warak dan zuhud.
Pertanyaannya: “Apakah sikap warak dan zuhud mengharuskan seseorang untuk tidak terlibat atau tidak ikut serta dalam saham dan jual beli saham?” “Apakah perbedaan antara kedua akhlak ini—warak dan zuhud?”
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi dan Rasul terbaik.
Amma ba’du. Seorang mukmin pasti berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi segala sesuatu yang dapat membahayakan akhiratnya.
Dia berusaha keras untuk menyiapkan masa depannya yang besar, yaitu kehidupan di akhirat kelak, dengan menyiapkan amal saleh dan menjauhi perbuatan buruk.
Salah satu bentuknya adalah meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat baginya di akhirat.
Oleh karena itu, kita perlu membedakan antara dua istilah ini:
Istilah yang pertama yaitu istilah warak. Warak artinya meninggalkan segala sesuatu yang dapat membahayakan kehidupan akhirat. Setiap hal yang dapat merugikanmu di akhirat, jika kamu menjauhinya, maka kamu termasuk orang yang memiliki sifat warak.
Adapun zuhud, maknanya adalah meninggalkan sesuatu yang tidak memberikan manfaat di akhirat.
Ada hal-hal yang bersifat merugikan; meninggalkannya termasuk zuhud sekaligus warak. Sebaliknya, ada pula perkara yang bermanfaat; meninggalkannya justru berarti menjauhi kebaikan dan sama sekali bukan bagian dari zuhud atau warak.
Ada juga perkara yang tidak memberikan manfaat di akhirat, tetapi juga tidak membahayakan. Meninggalkannya termasuk dalam zuhud, tapi bukan bagian dari warak.
Banyak dalil yang menyebutkan anjuran untuk berakhlak dengan sikap warak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, dan pilihlah apa yang tidak meragukanmu.” (HR. An-Nasai) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas…
Namun, di antara keduanya ada perkara-perkara syubhat, yang tidak diketahui banyak orang. Barang siapa yang menghindari syubhat, maka dia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Seperti penggembala yang menggembala di sekitar tanah larangan, dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya.” (HR. Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Dosa adalah sesuatu yang membuat hatimu gelisah dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya.” (HR. Muslim).
Dari sini, kita memahami maksud dari hadits ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang penafsiran dari dosa.
“Mintalah pertimbangan kepada hatimu, meskipun orang-orang berulang kali membolehkan perbuatanmu.” Artinya, jika dalam hatimu masih ada keraguan, maka seorang mukmin akan menghindari sesuatu yang membuatnya bimbang, meskipun ada orang yang memberi fatwa bahwa hal tersebut diperbolehkan.
====
شَيْخَنَا نَبْدَأُ بِسُؤَالٍ وَصَلَنَا هُنَا يَا شَيْخُ وَفِي السُّؤَالِ حَتَّى جَمَعَ بَيْنَ الْوَرَعِ وَالزُّهْدِ
يَقُولُ هَلْ مِنَ الْوَرَعِ وَالزُّهْدِ عَدَمُ الِاشْتِرَاكِ أَوْ عَدَمِ يَعْنِي الدُّخُولِ فِي الْأَسْهُمِ وَالتِّجَارَةِ فِي الْأَسْهُمِ وَالْفَرْقُ بَيْنَ هَذَيْنِ الْخُلُقَيْنِ الْوَرَعِ وَكَذَلِكَ الزُّهْدِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَفْضَلِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ الْمُؤْمِنَ حَرِيْصٌ كُلَّ الْحِرْصِ عَلَى الِابْتِعَادِ عَمَّا يَكُونُ لَهُ ضَرَرٌ فِي آخِرَتِهِ
فَهُو حَرِيصٌ عَلَى تَهْيِئَةِ مُسْتَقْبَلِهِ الْعَظِيمِ الَّذِي يَكُونُ فِي الْآخِرَةِ بِإِعْدَادِ عَمَلٍ صَالِحٍ وَبِالِابْتِعَادِ عَنِ الْأَعْمَالِ السَّيِّئَةِ
وَمِنْ ذَلِكَ أَنْ يَتْرُكَ الْإِنْسَانُ مَا لَا يَنْتَفِعُ بِهِ فِي الدَّارِ الْآخِرَةِ
وَمِنْ ثَمَّ نُفَرِّقُ بَيْنَ هَذَيْنِ الْمُصْطَلَحَيْنِ
الْمُصْطَلَحِ الْأَوَّلِ مُصْطَلَحِ الْوَرَعِ وَالْمُرَادُ بِهِ تَرْكُ مَا يَكُونُ مُضِرًّا فِي الْآخِرَةِ فَكُلُّ مَا أَضَرَّ بِكَ فِي آخِرَتِكَ إِذَا اجْتَنَبْتَهُ فَإِنَّكَ حِينَئِذٍ تَكُونُ مِنْ أَهْلِ الْوَرَعِ
وَأَمَّا الزُّهْدُ فَالْمُرَادُ بِهِ تَرْكُ مَا لَا يَنْفَعُ فِي الْآخِرَةِ
فَهُنَاكَ أُمُورٌ ضَارَّةٌ تَرْكُهَا يُعَدُّ زُهْدًا وَوَرَعًا وَهُنَاكَ أُمُورٌ نَافِعَةٌ يُعَدُّ تَرْكُهَا ابْتِعَادًا عَنِ الْخَيْرِ وَلَيْسَ مِنْ الزُّهْدِ وَلَا مِنَ الْوَرَعِ فِي شَيْءٍ
وَهُنَاكَ أُمُورٌ لَا تَنْفَعُ فِي الْآخِرَةِ وَلَكِنَّهَا أَيْضًا لَا تَضُرُّ فَتَرْكُهَا يُعْتَبَرُ مِنَ الزُّهْدِ وَلَيْسَ مِنَ الْوَرَعِ
وَقَدْ جَاءَتِ النُّصُوصُ تُرَغِّبُ بِالتَّخَلُّقِ بِخُلُقِ الْوَرِعِ قَدْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيْبُكَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ
وَبَيْنَهُمَا أُمُورٌ مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ
وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
وَمِنْ هُنَا نَفْهَمُ مَا وَرَدَ فِي الْحَدِيثِ حِينَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي تَفْسِيرِ الْإِثْمِ
اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ ثُمَّ أَفْتَوْكَ يَعْنِي إِذَا كَانَ فِي نَفْسِكَ شَيءٌ فَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَجْتَنِبُ مَا وَقَعَ فِيهِ التَّرَدُّدُحَتَّى وَلَوْ وُجِدَ مَنْ يُفْتِي بِجَوَازِ تِلْكَ الْمَسْأَلَةِ